Never Give Up

27 Februari 2009

MAKNA KUNANG-KUNANG DALAM KEHIDUPAN


Saya masih ingat, sewaktu bertanya pada ibu, saya menaruh beberapa kunang-kunang ke dalam toples kecil lantas mematikan lampu kamar. Bersama adik perempuan saya, kami bertiga menikmati pendar cahaya kunang-kunang. Saat ibu berbicara tentang bahasa cahaya kunang-kunang, saya sempat bertanya, apa ibu mengerti yang sedang mereka bicarakan. Ibu tertawa dan menjelaskan bahwa hanya kunang-kunang yang tahu, apa yang sedang mereka bicarakan.
Sepertinya, saya tidak akan pernah bisa mengerti bahasa cahaya kunang-kunang. Ini tentu bukan soal besar. Tidak semua harus dan bisa kita mengerti. Terdapat banyak hal yang mungkin akan lebih berguna justru jika dibiarkan menjadi sekuntum rahasia, seperti juga cahaya kunang-kunang. Ia tak pernah berkurang keindahannya hanya karena saya tak mengerti artinya. Bisa memahami arti bahasa cahaya kunang-kunang bisa saja membuat kunang-kunang tak lagi indah. Akan aneh rasanya jika bisa memahami bahasa cahaya kunang-kunang yang mungkin saja juga mengenal pertengkaran dan makian.
Tanpa itu pun, saya sudah menyukai kunang-kunang. Makhluk kecil ini seperti menjadi metafora dari keberanian menyatakan diri di hadapan jagat raya yang mahaluas dan diberkahi jutaan bintang dan benda langit yang juga memancarkan kelip cahaya yang tak kalah indahnya. Kunang-kunang seperti tak mengenal minder di hadapan bintang dan bulan. Mereka tetap beterbangan dan berkejaran dengan antusiasme yang tak berkurang.
Kunang-kunang yang memendarkan cahaya menjadi metafora dari hasrat kuat untuk terus mencoba mengatasi kegelapan yang begitu perkasa. Ini pernyataan sikap hidup yang enggan menyerah pada kerajaan gelap.
Cahaya kunang-kunang memang kecil, dan itulah sebabnya ia disebut kelip. Tapi, bisa jadi, itu juga pelajaran tentang kerendahhatian: “Ya, cahaya kami memang redup dibandingkan bulan atau matahari, tapi kami memang tidak berambisi menerangi jagat raya yang gelap saat malam telah menghumbalang. Kami sudah cukup berbahagia dengan membagi cahaya bagi diri kami sendiri. Jika kelip cahaya kami bisa membantu makhluk lain, kami menganggapnya sebagai berkah.”
Saya kira, banyak pelajaran yang bisa diunduh dari kunang-kunang dan cahaya yang berpendaran dari tubuhnya.
"Kepingan peristiwa-peristiwa melintasi pelbagai tahapan sejarah seperti kunang-kunang yang baru akan terlihat jelas justru ketika ia sudah tenggelam dalam kegelapan"

10 Februari 2009

Pendidikan


KIAT BELAJAR


1. Niat ketika belajar
2. Kesungguhan, tidak putus asa dan bercita-cita mulia
3. Langkah awal, ukuran dan tata cara belajar:


  • a) Tahap awal belajar pelajaran yang diberikan adalah pelajaran yang diperkirakan mampu dikuasai dalam 2 pertemuan.

  • b) Bermusyawarah sesama pelajar haruslah bertukar pikiran (muzhakarah), saling diskusi (munazharah) & memecahkan masalah bersama-sama (mutharahah) & dilakukan dengan penuh kesadaran, tenang & penuh pendalaman serta tidak gaduh.

  • c) Berpikir dan berbicara yang tepat dalam setiap waktu.

  • d) Bersyukur dan tidak tamak.